Tuesday, September 30, 2008

Menjadi Terang.


Oleh : Bpk. Pdt. Lexie Pandelaki

Matius 5 : 14-16 14. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. 16. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan oranf supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu yang di surga.

Beberapa hal penting yang HARUS digaris bawahi tentang 'Menjadi Terang':

1. Terang itu HARUS menyinari sekeliling!

Artinya TERANG yang kita hasilkan haruslah memberi manfaat bagi orang lain, bukan hanya untuk konsumsi pribadi!.

Banyak orang yang berusaha keras menjadi terang, tetapi dengan motifasi yang salah. Aktif di gereja, melakukan banyak bidang pelayanan, berlomba-lomba memberi sumbangan... dan sebagainya! Tetapi di balik semuanya itu, tujuannya adalah untuk 'kemuliaan diri sendiri'. Agar di puji. Agar terkenal karena sumbangannya diliput media. Agar kelihatan rohani. Agar populer di gereja (atau di lingkungan). Agar mendapat imbalan yang lebih... dan sebagainya!

Jangan bersinar percuma! Kalau kita melakukan semua itu untuk kebaikan dan keuntungan pribadi... terang kita percuma!

Marilah kita menjadi terang yang memberi manfaat bagi orang lain, dan membawa kemuliaan HANYA bagi Tuhan saja, Sang Empunya Terang itu!

2. TERANG kita HARUS ditaruh di tempat yang benar!
Sebuah lilin kecil kalau kita nyalakan dan kita taruh di luar pada siang bolong di mana matahari bersinar cerah... apakah ada manfaatnya? Apa artinya kalau kita menjadi terang tetapi selalu saja berada di tempat yang salah?

Sebaliknya, coba anda nyalakan satu batang lilin kecil di tengah malam, ketika sedang mati lampu. Lilin yang kecil mungil itu akan menyala terang sekali... karena keadaan yang kontras dengan sekelilingnya yang gelap gulita.

Banyak anak Tuhan yang karena 'ingin menjadi terang' memilih untuk bergaya hidup eksklusif. Memilih-milih teman. Tidak mau bergaul dengan si ini, si itu karena dia begini, dia begitu. Tidak mau berteman dengan orang 'berdosa' karena takut ketularan dosa. Atau karena takut terlihat orang lain dan risi dengan pandangan 'apa kata oranga' kalau saya berteman dengan dia.

Banyak anak Tuhan yang bergaya hidup sok suci... hanya mau bergaul dengan lingkungan gereja saja. Bukan di dalam gereja terang kita teruji! Bukan di lingkungan yang 'seiya sekata' sepandangan, seiman terang kita berfungsi maksimal. Justru di luar sanalah... bagi orang-orang yang perlu mengenal Tuhan lewat kita... terang kita teruji apakah sudah berfungsi maksimal menjalankan tujuan utamanya, yaitu sebagai alat penerangan!

Marilah kita menjadi terang yang bersinar di gelap dan berada di tempat tinggi. Agar terang kita benar-benar bermanfaat utama dan maksimal... bagi semua orang!

3. TERANG kita HARUS bersedia dikonsumsi oleh terang.

Makin lama sebuah lilin menyala, akan makin habis termakan oleh api. Kalau ingin menjadi terang, kita harus juga siap habis, berkorban!

Jaman dulu sebelum listrik dan lampu pijar ditemukan, sebuah lilin mempunyai fungsi yang sangat krusial. Yaitu benar-benar berfungsi sebagai alat penerangan! Tetapi jaman sekarang fungsi pokoknya tergantikan oleh listrik, lampu pijar, dll. Fungsi lilin bergesar HANYA sebagai barang komoditi, yang pada waktu-waktu tertentu saja menjadi sangat komersil.

Lilin merah atau pink berbentuk hati, laku keras sekitar hari Valentine. Lilin hijau atau merah yang tinggi langsing, laku keras menjelang dan sekitar hari Natal. Lilin aroma terapy laku keras sekitar Mothers day dan Valentine... dan sebagainya. Fungsi utamanya sebagai alat penerangan tidak tampak lagi!

Jangan komersilkan TERANG kita! Tuhan memberi perintah yang sangat spesifik bagi kita... yaitu menjadi teranglah untuk menerangi sekeliling, bukan untuk tujuan-tujuan komersil dan untuk pajangan keindahan saja!

Menjadi teranglah dan tidak mengharapkan balasan, bersedia sampai habis-habisan terbakar oleh terang itu sendiri.

4. Jangan tutupi TERANG kita dengan gantang!

Gantang di sini berbicara soal masalah duniawi atau ekonomi.
Ada sebagian orang yang punya kecenderungan semakin diberkati dengan berkat-berkat jasmani... semakin lupa ia menjalankan fungsinya untuk bersinar menjadi terang. Atau ada sebagian orang lagi yang sebaliknya... kalau sedang Tuhan ijinkan menghadapi masalah atau keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan, ia 'ngambek' dan tidak sanggup lagi menjalankan fungsinya untuk menerangi sekeliling.

Menjadi terang bagi Tuhan, adalah setiap waktu... seumur hidup! Bukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Bukan hanya waktu di berkati saja, dan bukan hanya waktu susah saja.

"Selamat menjadi terang, Tuhan memberkati!"

(Kikz)

Saturday, September 27, 2008

Cerpen; camilan ringan bagi jiwa!

A Cloud in the Sky

(Awan di Langit).


(Oleh: W.Dwi Bounyarith)


Tiara sedang marah. Dia jengkel karena tidak boleh main di luar. Dari dalam ruang tamu ia mendengar gelak tawa dan suara riang teman-temannya bermain ‘tag, you’re it!’ di depan rumah. Sedangkan dia cuma bisa menonton dengan cemburu dari balik jendela. Menghiba dengan mata puppy-nya Tiara mencoba rayuan terakhirnya …


Please, Mommy… Tiara bosan. Dari kemarin dikurung terus. Please, Mommy, sebentar saja. Satu round tag, saja and then I’ll go back right in!”.

“Sayang, panas badanmu masih turun naik, batukmu masih keras…

But I feel better already, Mommy! So, can I?”

“Mami tahu kamu sangat ingin main ke luar. Sabarlah sedikit, kalau badanmu fit, bermainpun lebih menyenangkan, nggak cepat capek. Trust me on this, please!”.


“But, Mommy… It’s not fun just watching! I wanna play, too!”

“Nonton salah satu film Barbie-mu, sana…”

Boring…!”

“Baca buku di kamar, sanaYou love books.”

“Nggak mood!”

“Di otakmu cuma mau main! Jadi semua yang Mami usulkan kamu tolak!”

“Oh…please Mommy, sebentar aja?”

“Tiara, I am sorry but I have to say, NO! Berhentilah merengek!


“You always say NO. You’re the worse mother in the whole universe! I wish I were somewhere else but here. I wish I were… a cloud in the sky!. Then I could do whatever I wanna do. I could go wherever I wanna go. I could be playing outside, up above all day long without a mother to say NO!”

Tiara menjerit. Kejengkelannya memuncak karena usaha terakhirnya gagal.

“Tiara, only because I understand your frustration for being sick, and only because I sympathize with all your discomfort, I will let that one go. Tomorrow we will talk about this, and you will apologize for saying those mean things to me. Now go to your room and calm down. You can be a cloud in the sky for tonight, okay?”


Malamnya suhu badan Tiara panas tinggi. Sepanjang malam Ibunya tak tidur sekejappun. Menjagainya, mengompres kepalanya. Memberinya obat penurun panas. Memaksakan bermacam jus buah dan air putih setiap ia merengek terjaga agar tubuhnya tidak dehidrasi. Memeriksa temperaturnya beberapa jam sekali. Membetulkan letak bantalnya untuk mengurangi batuknya. Menggendongnya ke kamar mandi dan duduk memangkunya di kloset dengan membiarkan air panas mengucur deras di bathtub menghasilkan uap air hangat yang mencairkan sumbatan di hidung dan tenggorokannya sehingga ia bisa bernafas lebih lega. Semua upaya dilakukannya untuk mengurangi penderitaan buah hatinya. Supaya dalam kesakitannya, minimal ia bisa bernafas dan tidur sedikit lebih nyaman.


Paginya Tiara membaik. Suhu badannya turun. Kepalanya nggak pusing lagi. Batuknya masih, tapi nafasnya nggak tersumbat lagi. Istirahat semalam membuat tenaganya sedikit terpulihkan.


“Good morning my little cloud! I hope the sky is not so cloudy this morning.”

Mommy…!” senyum ceria mengembang di wajah Tiara.

“I am not a cloud anymore, Mommy. So you can just call me ‘my little sunshine’ like you always do.”

“Lho, kenapa? Bukannya semalam kamu ingin jadi awan di langit?”


“Semalam aku bermimpi angan-anganku menjadi kenyataan. Aku menjadi segumpal awan yang cantik di langit biru. Aku terbang tinggi sekali hingga semua yang di bumi kelihatan.Pemandangannya sangat indah dari atas sana, Mami.Awalnya aku senang jadi awan di langit. Tapi lama-lama aku jadi bosan dan kesepian.”

“Lho? Kenapa?”

“Karna… Ketika aku terbang tinggi, aku bisa melihat pohon-pohon, bunga-bunga, aku melihat mainanku… tapi aku nggak bisa menyentuhnya. Aku melihat teman-temanku, Daddy,… and you. Tapi kalian tak mendengarku. Karena aku terlalu jauh di atas. I got so lonely and decided to fly back down home.”


“Katanya kemarin kamu nggak suka Ibu yang selalu melarang dan bilang’NO’?”

“Iya…tapi berarti aku nggak akan punya Ibu yang suka memelukku, yang merawatku kalau aku sakit, yang memberiku ... hundreds of sloppy kisses, juga dong!.”

“Ya iya. Karna itu satu paket. Seorang Ibu itu berfungsi dua-duanya… mencintai dan melindungi! Seorang Ibu bukan hanya untuk berkata ‘Ya’ tapi kadang juga harus mengatakan ‘Tidak’. Nggak bisa Cuma memilih salah satu… harus terima dua-dua fungsinya!.”


“Well I guess I’d rather have a mother who is real and near that I can talk to and hug and cuddle up with! Even if sometimes she has to say No!”

“I am glad you flew back down home, my little cloud”

“Little sunshine, Mommy!”

“I am glad you flew back down home, my little sunshine!”

“I am glad you are my mother, Mommy. And I am glad I can touch you and love you from here…not from a far. You are the best mother in the whole wide universe.”


Tiara memeluk erat ibunya. Jari-jari mungilnya terkunci rapat di belakang leher ibunya. Lembut, penuh cinta, ibunya membelai rambut berantakan yang menutupi keningnya.


“I am sorry, Mommy.”

“I know you are, Sweet Pea.”

“I didn’t mean all the mean things I said yesterday”

“I knew you didn’t.

“I love you, Mommy”

“I love you more, sweet heart!”.


Berapa kali dalam pengiringan kita kepada Tuhan, kita berlaku kekanan-kanakan seperti ini? Ketika keadaan tidak berjalan seperti yang kita mau. Ketika Tuhan menjawab “NO” pada doa dan permintaan kita. Ketika Tuhan membatasi ruang gerak kita hingga kita merasa terkurung dan tak nyaman. Ketika Tuhan dengan tegas bilang ‘JANGAN’ untuk hal-hal yang sangat ingiiiiin kita lakukan…

…lalu timbul keinginan untuk 'ngambek' dan menjauh saja dari Tuhan dan semua laranganNya.


Tuhan punya alasan yang sangat kuat untuk tidak selalu menjawab ‘Yes’. Terutama untuk menjaga kita dekat dalam pelukannya setiap saat, agar Ia bisa merawat dan mencintai kita dari dekat. Agar kita sembuh total dari ‘sakit’. Agar kita tak pernah merasa kesepian dan sendiri. Agar kita tak pernah… jauh dariNya!


--- THE END ---


Philadelphia, May 1, 2008

For my little sunshine, Tiara, who I hope will never wish to become a cloud in the sky ever again! Coz’ then I’ll miss her like crazy!

(Kikz.)

Kata-Kata Bijak

“Children Learn What They Live”

If a child lives with criticism
He learns to condemn
If a child lives with hostility
He learns to fight
If a child lives with ridicule
He learns to be shy
If a child lives with shame
He learns to feel guilty
If a child lives with tolerance
He learns to be patient
If a child lives with encouragement
He learns confidence
If a child lives with praise
He learns to appreciate
If a child lives with fairness
He learns justice
If a child lives with security
He learns to have faith
If a child lives with approval
He learns to like himself
If a child lives with acceptance and friendship
He learns to find LOVE in the WORLD!!!

(Dorothy Law Nolte)
____________________________________________

"Anak-anak Belajar Dari Hidupnya"

Jika anak hidup dengan kritikan
Ia belajar mengecam
Jika anak hidup dengan kebencian
Ia belajar melawan
Jika anak hidup dengan ejekan
Ia menjadi pemalu
Jika anak hidup dengan aib
Ia belajar merasa bersalah
Jika anak hidup dengan toleransi
Ia belajar menjadi sabar
Jika anak hidup dengan dorongan
Ia belajar menjadi penuh percaya diri
Jika anak hidup dengan pujian
Ia belajar menghargai
Jika anak hidup dengan keadilan
Ia belajar menjadi adil
Jika anak hidup dengan rasa aman
Ia belajar percaya
Jika anak hidup dengan persetujuan
Ia belajar menyukai diri sendiri
Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan
Ia belajar menemukan CINTA di DUNIA!

(Diterjemahkan oleh: Kikz)


Cerita Inspirasi; a story of how God taught me a lesson!

Janda Di Sarfat

(dan ‘Aku Di Philadelphia’)


(W. Dwi Bounyarith)


Ingat cerita sekolah minggu tentang janda di sarfat? Ingat bagaimana Tuhan menyuruhnya memberi justru dalam kekurangannya? Ingat bagaimana dengan ‘nekad’ dia memilih menuruti perintah Tuhan yang ‘nggak masuk akal’ dan bersiap mati bersama anak perempuannya esok pagi karena mereka tak punya lagi makanan? Ingat bagaimana ending cerita ini?


Cerita janda di sarfat ini terulang kembali berabad kemudian. Beda detail, beda ending… tetapi dalam kerangka yang serupa.


Awal tahun 2008.

Biasanya orang mengawali tahun dengan optimistis (atau upaya untuk bersikap optimis). Semoga tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Semoga target tahun ini tercapai lebih tinggi dari tahun lalu. Semoga karir tahun ini naik dari tahun lalu. Semoga tabungan akhir tahun ini lebih besar dari tahun lalu. Dan semoga, semoga yang lain…

Saya mengawali tahun ini serba pesimis. Semua tampak suram dan mengambang. Semua terasa tak berujung dan tak berpangkal. Kondisi keuangan memburuk dari tahun lalu. Kebutuhan meningkat, tepatnya melonjak! Semangat dan antusias terhadap hidup menurun, tepatnya drops! Karir… what karir?


Tanpa sadar, hari-hari saya makin penuh dengan sungutan dan gerutuan. Doa-doa saya makin sarat dengan mengasihani diri sendiri, perasaan nelangsa, dan berkeluh kesah kepada Tuhan…‘why oh, why ya Tuhan?’.


Why oh, why ya Tuhan… ?

Sekian lama berumah tangga kok belum juga terkumpul tabungan hari tua. Hidup kok cuma begini-begini…bosan dan menjemukan.


Orang lain mulai menyiapkan tabungan jangka panjang untuk persiapan biaya kuliah anak-anak mereka nanti (sekian belas tahun ke depan!). Saya kok hanya bisa memikirkan biaya sekolah dasar anak saya, dalam basis pertahun saja! Itupun terasa ‘ngotot’ dan terengah-engah. (Karena anak saya bersekolah di private school yang lumayan mahal!)


Orang lain memiliki rumah, bahkan lebih dari satu. Dengan mudah membeli dan bertukar mobil, bahkan lebih dari 2, 3. Saya… hanya berkutat mampu membayar rumah kontrakan, dan bill-bill kebutuhan primer bulanan saja.


Orang lain mulai menyusun rencana membuka usaha sendiri, membeli franchise usaha something. Saya kok hanya berkutat menghitung dari pay check ke pay check mingguan suami. Dan itupun tak berdiam lama di tangan kami karena harus segera mengalir ke muara-muara akhirnya yang sudah ternganga lebar, termasuk mengirimkannya ke sana ke mari untuk membantu sanak saudara yang kekurangan.


Orang lain pergi vacation setiap tahun. Saya hanya mampu bawa anak ke play ground gratis di tengah kota yang disediakan pemerintah untuk masyarakat yang tak mampu pergi vacation sekelas saya ini. Anak-anak mereka ramai berceloteh saling membandingkan betapa fun-nya Disneyland yang di sini, Disneyland yang di sana. Anak kami (yang cuma satu-satunya!) hanya mampu bercerita tentang perpustakaan ini, kebun binatang itu, park ini dan park itu.


Why, oh why ya Tuhan…?

Apa bedanya aku dan mereka? Mengapa perlakuanMu berbeda padaku? Kenapa aku yang Kau taruh di sisi sini? Factor apa yang mendorongMu membuat keputusan itu? Factor apa yang membuatMu memilihku untuk posisi yang tak begitu menyenangkan ini?


Hingga suatu sore di pertengahan bulan Maret awal tahun itu…

Sebuah berita di Koran Indonesia menarik perhatian saya. Seorang ibu muda yang sedang hamil tua dan dua anak balitanya ditemukan mati kelaparan di rumah kardusnya di bawah kolong jembatan somewhere di Indonesia. Tulisan berita ini menusuk sangat dalam di hati saya. (walaupun beberapa hari kemudian berita ini diralat, ternyata mereka mati bukan karena kelaparan tapi karena penyakit muntaber dan malaria!).


Tetapi impact berita salah cetak ini terlanjur terpatri di sanubari saya. And God used it to teach me a lesson sebuah pelajaran hidup yang merubah hidup saya! Mungkin Tuhan mulai ‘gemes’ mendengar keluh kesah saya! Berhari-hari saya tak bisa tidur. Dihantui mimpi buruk dan sangat tidak nyaman tentang kemiskinan, kelaparan dan kematian. Ibu muda dan anak-anaknya dari kutipan berita itu menjadi berwajah, dan bernama di mimpi-mimpi saya. Kemudian berturut-turut bergantian dengan wajah-wajah dan nama-nama lain.


Puncaknya, suatu malam saya bermimpi…

Saya, anak perempuan saya, Tiara yang berumur 6 tahun dan adik saya Niel berjalan beriring-iringan. Masing-masing kami menarik gerobak berisi penuh bahan-bahan makanan pokok. Keluar-masuk perkampungan kumuh di bawah jembatan yang sarat ratusan gubuk-gubuk kardus reot. Anak-anak kecil yang dekil dan kotor dan kurus kering bertelanjang dada dan kaki mengikuti kami dengan tangan-tangan terulur meminta. Kami bertiga sibuk membagi-bagikan beras, minyak, gula dan mie instan kepada mereka hingga 3 gerobak kami kosong. Bahan makanan habis, tapi masih banyak sekali anak-anak yang menatap kami dengan mata menghiba dan berharap.


Saya berlari ke sebuah bukit kecil di ujung perkampungan kumuh itu sambil menangis sejadinya. Seperti seorang anak kecil yeng jengkel dan frustrasi dengan ketidak mampuannya menyelesaikan suatu tugas. Betapa sesaknya perasaan sedih, bersalah dan putus asa… karena ingin terus memberi tapi sudah tak punya lagi!


Sebuah tangan memeluk dan mendekap saya erat. (Tadinya saya pikir itu Niel… tapi rasanya terlalu perkasa, terlalu lembut, terlalu teduh untuk tangan Niel!). Orang yang memeluk saya itu berkata… “Sudahlah Kik, mau apa lagi kalau memang cuma itu yang mampu kamu lakukan. Justru yang perlu kamu tangisi adalah: YANG MAMPU kamu lakukan itu …BELUM pernah kamu lakukan!”.


Saya terbangun malam itu dan berdoa. (Lebih tepatnya menyampaikan mossi protest!) Apa-apaan ini Tuhan????. Tidakkah Kau dengar doa-doaku selama ini? Tidakkah Kau dengar keluh kesahku selama ini? Aku sendiri sedang dalam ketidak beruntungan secara materi… sering pas-pasan, kadang sedikit kurang, kok malah dituntut untuk memberi! Tuhan nggak salah dengar? Tuhan nggak salah menjawab doa? Tuhan nggak salah pilih orang nih…?


Sebuah sign bertuliskan “Trust me on this, just take my path! And you’ll see where it takes you... to the valley of peace!” flashing dengan sinar menyilaukan seperti tanda bahaya di kepala saya (lebih tepatnya di hati saya, karna ternyata menetap disana dan tak bisa dihapuskan hingga saat ini!). Begini mungkin cara Tuhan menjawab doa di jaman para nabi dulu… instant dan nyata! So, saya yakini saja itu jawaban Tuhan atas segala tanda tanya di kepala saya selama ini. Dan karna datangnya dari Tuhan…. What choice do I have selain melakukannya!


Saat itu juga (jam 2. 45 dini hari!) saya buka komputer saya dan menulis email ke adik saya, Niel. Saya ceritakan detail kepadanya tentang ‘pewahyuan’ yang saya terima dari Tuhan dan segala keadaan yang melatar belakanginya. Saya katakan bahwa Tuhan taruh di hati saya rasa iba dan belas kasih untuk orang-orang yang terlunta, untuk mereka yang paling miskin diantara yang miskin. Dan saya bilang kepadanya… “Tuhan mau aku ajak kamu melakukan proyek kasih ini!”


Esok paginya saya terima jawaban email dari Niel. Dia sangat menyambut dan mendukung dan meyediakan diri untuk pelaksanaan proyek kasih ini. Kami segera menyusun rencana. Niel segera mencari dan menjajagi lokasi pemukiman kumuh di seputar kota Malang, our home town.


Dan ternyata tak perlu perencanaan dan kerja berat untuk tahap ini karna… saking banyaknya lokasi semacam ini! Kemudian dia membuat perhitungan harga-harga bahan makanan pokok, perkiraan dana untuk belanja dan jumlah keluarga yang mungkin bisa terjangkau untuk tahap pertama pelaksanaan proyek kasih kami itu. Berdasarkan perhitungan yang Niel buat, kami memutuskan untuk mengawali proyek kasih ini dengan 10 keluarga yang paling miskin yang hidup di bantaran sungai Brantas.


Sayapun, di Philadelphia, mulai melakukan bagian saya. Saya mencari pekerjaan part time yang bisa saya lakukan di akhir pekan. Semua hasil kerja part time saya kumpulkan 100 persen untuk mendanai proyek kasih ini. Selama masa pengumpulan dana dan masa persiapan awal pelaksanaan proyek kasih yang pertama ini sangat mendebarkan. Exciting…! Rasanya hampir seperti menunggu kelahiran anak pertama.


Ada sesuatu yang indah yang dinanti-nantikan. Saya sangat bergairah menjalani keseharian saya… menanti akhir pekan dengan sangat tidak sabar. Mengumpulkan dan menghitung ‘uang akhir

pekan’ itu dengan penuh harapan. Herannya saya jadi sangat disiplin(so unlike me!) tak berani mengutik uang itu untuk keperluan lain!


Hingga tiba saatnya…

Uang akhir pekan saya terkumpul 265 dollar, cukup untuk menjalankan missi kasih kami. Langsung saya kirimkan uang itu ke Niel dan dia belanjakan sesuai keperluan. Dengan itu terbeli bahan-bahan pokok yang bisa mencukupi kebutuhan dasar hidup 10 keluarga selama satu bulan! Amazing!. Kami membeli beras, minyak goreng, gula, mie instant dan beberapa bahan pokok lainnya.


Hari minggu, sepulang dari gereja… Niel dan istrinya dan beberapa temannya membawa bahan-bahan makanan tersebut ke lokasi dan mulai membagi-bagikannya. 10 keluarga penerima sumbangan kasih kami itu ternganga… terpesona! Ada yang menangis haru, ada yang tak henti bertanya “Dari siapa tho Mas kiriman ini?” Sambil menahan haru Niel menjawab singkat “Rejeki saking Gusti, Bu.” (= berkat dari Tuhan, Bu.).



Lebih kecil dari sebercak debu…

…apa yang kami lakukan ini. Tapi kami melakukannya dengan cinta!. Kepada Tuhan, kepada sesama… dan impact yang paling luar biasa ternyata justru kepada saya pribadi. Tuhan mengajar saya suatu pelajaran hidup yang luar biasa.


Tuhan menaruh ‘greget’ untuk melakukan tindakan iman di hati saya. Begitu kuatnya hingga saya tidak punya pilihan lain selain mematuhinya. Dengan a total surrender kepadaNya bahwa Dia akan mengerjakan sesuatu melalui perintah ini.


Dan hasilnya, ini pelajaran yang saya petik dariNya…

Kondisi keuangan keluarga kami tidak drastic meningkat, tetapi pengeluaran yang tidak penting menurun tajam. Kami tidak serta merta menjadi kaya, tetapi saya pribadi merasa menjadi sangat kaya batin. Dengan kondisi yang sama… saya lebih berbahagia, hidup saya jauh lebih berwarna, keseharian saya lebih bergairah!


Tuhan mengajar saya melihat hidup saya dari sudut pandang ‘bawah kolong jembatan’!. Sehingga yang tadinya terlewat dari pengamatan saya, sekarang tampak sangat jelas… Betapa saya berkelimpahan. Betapa saya berbahagia dengan keluarga yang utuh dan harmonis. Betapa saya sangat diberkati dengan kesehatan. Betapa saya dicintai dan diistimewakan Tuhan sehingga Ia menempatkan saya di sisi hidup yang serba mudah, bukan di sisi ‘bawah kolong jembatan’ yang serba penuh perjuangan. Betapa hidup saya ini, bagi separuh penduduk bumi yang hidup di bawah garis kemiskinan… adalah sebuah impian muluk yang bermimpi-pun mereka tak punya keberanian!


Saya malu hati…

Duh… tak heran kalau Tuhan sampai ‘gemes’ mendengar segala keluh kesah saya. Tak heran kalau dulu hidup saya tak bahagia dan merasa serba kurang. Karna saya tak tahu berterima kasih! Terlalu sibuk menggaris bawahi ‘kemalangan’ dari pada hal-hal baik yang padahal jauh lebih banyak. Tak menghargai segala kebaikan dan kemurahan Tuhan yang melimpah di hidup saya.


Tahun 2008 hampir berakhir…

Proyek Kasih kami masih terus berjalan secara berkala. (Malahan Tuhan mempermudahnya dengan mendatangkan ‘anak kost’ di rumah kami sehingga saya tak perlu lagi kerja akhir pekan untuk mendanai proyek kasih ini! See… betapa ajaibnya Tuhan itu!) Dan ini membuat hidup saya terasa penuh dan berwarna. Saya merasa kaya karna saya berada di posisi yang mampu membagi berkat kepada orang lain.

Ternyata… kebahagiaan itu HANYA bersumber pada “hati yang selalu penuh ucapan syukur!” no matter what condition we are in!.


“God has two dwellings: one in Heaven, and the other in a meek and thankful heart” (Izaak Walton). “Tuhan punya dua tempat tinggal: satu di Surga, satunya lagi di hati yang sabar, lembut dan penuh ucapan syukur!.”


“Hitung satu persatu kemurahan Tuhan

Pandang hidup dari perspektif yang berbeda

Lakukan tindakan iman dengan percaya

Tata hati menjadi tempat tinggal Tuhan

Dan… anda akan terpesona dengan apa yang Tuhan mampu lakukan dalam hidup!

Selamat mencoba dan menikmati perubahan!”


(Kikz)



Friday, September 26, 2008

Puisi Hati...


“If It Wasn’t For You…
It Wouldn’t Be Worth It!”


(By: W. Dwi Bounyarith)

All the sorrows, all the search
All the pain, and all the hard works…

If it wasn’t for You,
It wouldn’t be worth it!

Menahan diri dari amarah
Membiarkan orang mencabik ego
dan menginjaknya ke tanah…
If it wasn’t for You,
It wouldn’t be worth it!

Membungkam mulut, menutup mata
Menulikan telinga dari cemooh sesama…
If it wasn’t for You
It wouldn’t be worth it!


Memaksa diri memberi dari ketidak-punyaan
Membagi dua, tiga… banyak, dari kesedikitan!
If it wasn’t for You
It wouldn’t be worth it!


Menjaga hati, memagari suci
Membangun benteng, membatasi diri …
Menunduk diam ketika ingin bersuara lantang
Mengemis ampun ketika mestinya dipinta akan
If it wasn’t for You
It wouldn’t be worth it!


Memaku mata, menuju pandang ke depan
Memaling hasrat dari segala yang menggiurkan
Memperkaya batin dengan kebajikan,
Kala lain sibuk mendulang intan dan berlian
Berlelah kerja di ladang tak beruang…
If it wasn’t for You
It wouldn’t be worth it!


Melawan berat dan derasnya arus aliran,
Menahan sakit tamparan angin dari arah berlawanan!
If it wasn’t for You
It wouldn’t be worth it!


Menerima hampa, ketika berhak segala
Menyerahkan semua,
ketika ingin mendapat dan menerima
Memilih berlelah melakukanya…
…semua
…semua,

Kalau bukan untukMu,

Sia-sia semua
Tak berarti semua
Tak berjiwa semua
Tak bertujuan semua
Tak hidup semua
Tak berwujud semua
Tak berwajah semua
Tak bersuara semua
Tak berwarna semua
Tak berasa semua
Tak berdampak semua
Kalau bukan untukMu,
… Tak mau, dan tak kan mampu, kulakukan semua!

All of this And all of that
All the tears and all the sweat

All the dreams and all the facts

If it wasn’t for You, God

It wouldn’t be worth it!


… THE END …

Philadelphia, April 28, 2008
Dengan segenap cinta, Buat Tuhan, my master yang membuatku mau melakukan segala yang berlawanan dengan mauku!


(Kikz.)

Transformasi dan Penyembahan.


Oleh : Pdt. Lexie Pandelaki


Pada dasarnya manusia adalah mahluk religius. Ini terlihat dari salah satu sifat dasar manusia. Manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari figure yang dapat disembah. Figure penguasa yang dapat menuntun, memimpin, menguasai… menjadi obyek penyembahannya.


Hanya saja… pada perkembangannya fenomena ini menjadi bercabang ke muara yang berbeda. Ada manusia yang berjalan di track yang benar dan mencari dan menyembah Tuhan penciptanya. But unfortunately… ada yang menyimpang dan mulai mencari obyek penyembahan yang salah, yaitu hal-hal lain selain Tuhan!


Dari sejarah penciptaannyapun sebenarnya manusia mengalami suatu proses penciptaan yang unik… lain dari pada yang lain. Kita tahu bahwa semua bumi dan isinya diciptakan Tuhan HANYA DENGAN BERFIRMAN! Jadilah bumi… maka bumi terjadi. Jadilah langit… maka langit ada. Jadilah terang dan gelap… maka tercipta sesuai Firman Allah.


Kejadian 1;3-25

Kejadian 1:26,27


Tetapi ketika tiba waktunya Tuhan Allah menciptakan manusia… Dia bukan hanya berfirman… tetapi BEKERJA dan BERKARYA dengan kedua tanganNYA! Dan blue print penciptaan manusia adalah ‘sesuai dengan peta dan teladanNya’!. Alasan ini saja seharusnya cukup meyakinkan bahwa Tuhan Allah mengangggap manusia sebagai ciptaannya yang paling dekat di hatinya… paling berharga!


Tujuan penciptaan


Efesus 1:12-14

12-Supaya kami yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya.13-Di dalam Dia kamu juga-karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikannya itu. 14-Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagiani kita sampai kita memperoleh seluruhnya yaitu penebusan menjadikan kita milik Allah untuk memuji kemuliaanNya.


Tujuan pokok penciptaan kita adalah… untuk memuliakan Tuhan!.

Created religious, manusia dilengkapi oleh Tuhan dengan instinct untuk menyembah! Itu merupakan bagian dari chip yang ditanam Tuhan dalam diri manusia. Itulah sebabnya manusia selalu membutuhkan figure superior yang dapat dijadikannya obyek penyembahannya.


Strata penyembahan yang bagaimana yang Tuhan perlukan dari kita?


Mazmur 115:4-8

4-berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, 5-mempunyai mulut tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat, 6-mempunyai telinga tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya, 8-seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.


...seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya dan percaya kepadanya!

Kecenderungan manusia, selalu berusaha menjadi serupa dengan obyek yang disembahnya! Meniru perilaku sembahannya. Mencontoh figure dan pribadi sesembahannya.


Makanya berbahagialah orang-orang yang percaya kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai obyek penyembahannya. Karena ia akan menjadi serupa dengan Tuhan. Minimal ia mempunyai kecenderungan untuk berusahan menjadi serupa dengan Tuhan. Menjadi serupa di sini BUKAN berarti menjadi Tuhan, atau menggantikan Tuhan. Tetapi mewarisi karakter-karakter ilahi dari Tuhan!. Memiliki sifat-sifat dan kepribadian Tuhan. Memakai perilaku Tuhan dalam hidup sehari-harinya! Memiliki pikiran-pikiran Tuhan!


Strata (level) yang Tuhan perlukan dalam perjalan hidup penyembahan kita kepadaNya adalah:

Memuja, mendekat dan menjadi serupa dengan yang kita puja!


Bukan memuja dan menyembah dari kejauhan. Bukan memuja dan menyembah dengan berdiam diri tak bergerak. Bukan memuja dan menyembah yang pasif! Penyembahan kita kepada Tuhan haruslah merupakan proses tranformasi dan asimilasi kita dengan Tuhan, yang menjadi obyek sesembahan kita!


Agar proses asimilasi dan tranformasi ini berjalan baik dan akhirnya membuahkan hasil asimilasi dan transformasi yang sempurna…yaitu kita menjadi serupa dengan Tuhan… diperlukan kepekaan terhadap panggilan Tuhan (melalui suara hati nurani) untuk menyembah!


Tuhan mempunyai cara yang luar biasa banyak dan beragam untuk memanggil kita mendekat dan menyembah kepadaNya. Untuk memuji dan bergaul akrab denganNya. Contoh praktis yang sangat sederhana… kalau hingga larut malam kita tak juga bisa tidur, lazimnya orang dengan gampang menarik kesimpulan… oh, lagi banyak pikiran, oh, lagi dirasani orang, oh, lagi dirindukan keluarga… oh, terlalu banyak minum kopi jadi nggak bisa tidur, dll!


BUKAN! Itu adalah salah satu cara Tuhan untuk memanggilmu untuk segera berlutut, berdoa dan bercakap dengan Tuhan. Menyembah dan memuji Dia dalam alunan lagu-lagu pujian secara pribadi. Itu cara Tuhan mengatakan…”Come and talk to me, I miss you so much!” . Dari percakapan pribadi dengan Tuhan semacam inilah Dia menyediakan diri untuk makin dikenal secara pribadi oleh kita. Dia sedang membuka hatiNya, PikiranNya… dan karakter-karakter ilahiNya untuk kita kenali dan kita tiru!


Roma 1:24,25

24-Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.25-Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah mahluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji dan dimuliakan selama-lamanya. Amin.


Proses asimilasi dan tranformasi dalam penyembahan kita adalah suatu proses yang AKTIF… bukan pasif!


Kolose 3:1,2

Karena itu kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk disebelah kanan Allah. 2-Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.


… carilah! Pikirkanlah!

Dua kata ini mempunyai muatan kegiatan, atau pekerjaan, atau upaya…atau segala sesuatu yang harus secara aktif kita lakukan. Do something…berusaha, berupaya!.


Hidup kita akan menjadi kemuliaan bagi Tuhan sang Pencipta kita (berarti sukses sesuai tujuan penciptaan kita!) kalau kita selalu aktif berupaya mencari, memikirkan hal-hal yang ilahi. Memakai karakter ilahi Allah dalam hidup sehari-hari kita.

Penyembahan kita kepada Tuhan akan memenuhi strata yang Tuhan tentukan kalau kita selalu berupaya untuk berasimilasi, bertransformasi menjadi serupa dengan Kristus.

Penyembahan dan Transformasi kita dengan Tuhan HANYA akan berhasil kalau… secara aktif kita berupaya mengenal karakter dan pribadi Sang Sesembahan kita itu dengan mendekatkan diri, bergaul akrab dan mencintai segala yang ada padaNya!


Selamat bertranformasi… Tuhan memberkati!

(Kikz)



Mengenal Allah


Oleh: Rev. Franky Pandelaki

Siapakah Allah itu bagi saudara?

Coba lanjutkan kalimat berikut dengan kata-kata yang ada di pikiran anda saat ini:

“Hari ini, bagiku, Tuhan adalah…….”


Ketika saya lontarkan pertanyaan yang sama kepada jemaat dalam forum doa hari Rabu, saya mendapat berbagai jawaban yang indah-indah. Ada yang bilang: Hari ini bagi saya, Tuhan adalah Bapaku. Hari ini bagi saya, Tuhan adalah pelindungku, Tuhan adalah sahabatku, Tuhan adalah pelepasku, Tuhan adalah kekasihku, Tuhan adalah penyembuhku… Tuhan adalah segalanya bagiku, dan sebagainya!


TEPAT sekali! Tidak ada jawaban yang salah.

Tetapi… coba kita perhatikan lebih dekat. Semua jawaban di atas adalah ‘definisi Tuhan bagi kita sesuai kepentingan kita’. Kita cenderung mengenal dan ‘menamai’ siapa Tuhan bagi kita menurut frame yang sesuai dengan kebutuhan kita saat ini!


Itu tidak salah, tetapi … sejauh mana sebenarnya kita mengenal Allah, Tuhan sebagai pribadi yang lepas dari kebutuhan kita? Sedalam apa pengenalan kita terhadap pribadi, karakter, hati, sifat Allah… lepas dari kerangka kepentingan kita, lepas dari kerangka ‘apa yang dapat Dia lakukan’ bagi kita?


Mengenal Allah secara hakiki adalah… mengenal siapa Dia sebagai pribadi. Mengenal bagaimana sifatNya, hatiNya, perasaanNya, dan karakterNya. Seberapa pentingkah pengenalan terhadap Allah ini? Bukankah cukup mengenal Allah dengan predikat-predikatNya seperti yang kita butuhkan?


Hosea 4:6

Umatku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imamKu; dan karena engkau menolak pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.


Unfortunately, NOT…

Tidaklah cukup kalau pengenalan kita terhadap Allah hanya sebatas predikatNya sesuai kebutuhan kita saja! Tidaklah cukup mengenal Allah hanya sebatas pada apa yang dapat Ia lakukan dan berikna pada kita saja!

Mengenal Allah… termasuk mengenali, tidak menolak melainkan mengikutiajaran-ajaranNYA! Dan kalau ini gagal kita lakukan…Umatku binasa karena tidak mengenal Allah…


Ada konsekuensi yang tegas dan ‘mengerikan’ kalau pengenalan kita terhadap Tuhan hanya setengah-setengah!. Anak-anak kita, keturunan kitapun… tidak akan dikenal Tuhan. Artinya mereka tidak akan berada di jalan Tuhan. Apa lagi yang lebih menyedihkan bagi orang tua yang dalam Tuhan selain kalau anak-anaknya tidak mengenal Tuhan? Ini akan berarti disaster!


Marilah kita berusaha setiap hari menggali makin dalam dan mengenali siapa sebenarnya Allah itu. Apa sifat-sifatnya, bagaimana karakterNya, bagaimana kepribadianNya? Mari mulai mengenal bagaimana sifat Allah!


Hosea 6:3

Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.


Allah itu setia… selalu ada!

…seperti fajar!

Tak peduli apakah mendung, apakah terang benderang, apakah di Amerika yang kaya, apakah di Sudan yang selalu miskin… fajar itu selalu muncul setiap hari! Selalu ada!

Allah kita… kalau kita kenali Dia…Dia itu selalu ada! Dalam suka, dalam duka, ketika sukses, ketika mengalami penderitaan… DIA SELALU ADA! Cuma kita saja yang seringkali kurang peka terhadap kehadiranNya dan masih saja mencoba-coba menghadapi hidup seorang diri. Mengolah masalah dengan pikiran sendiri. Makanya semuanya terasa berat dan kita sering merasa sepi! KARENA KITA KURANG MENGENAL ALLAH!


Allah itu… memberi penyegaran, menghidupi!

… seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi!

Air itu menyegarkan. Air itu membasuh dan membersihkan. Air itu… terutama air hujan di akhir musim… itu menghidupkan! Pada akhir musim panas, hujan mulai datang. Hujan ini yang memungkinkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk hidup.

Kalau kita mengenal Allah dari sisi hatiNya… bukan hanya dari sisi kebutuhan kita, Ia akan menjadikan kita kuat dalam pengiringan kita kepadaNya. Seperti pohon-pohon yang selalu disirami dan dihidupi oleh hujan akhir musim… lama-lama akan bertumbuh dan menjadi kokoh!


Yeremia 31:33, 34

Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Tuhan: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka: maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. 34-Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Demikianlah firman Tuhan, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.


Allah itu… aktif, inisiatif dan antusias!

…Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka.

Tuhan sangat mau dan berinisiatif melakukan segala cara agar kita mengenal Dia. Dia bukan Allah yang diam saja…yang hanya menunggu kita menghampiri dan berusaha sendiri untuk mengenali Dia. Dia tidak mau kita ‘bertepuk sebelah tangan’. Tetapi Allah juga berinisiatif…bergerak maju dan mendekati kita, membuka hatinya untuk kita kenali. Memberi dan menaruh Firmannya, menuliskannya di hati kita!


Tuhan sudah memulai duluan… tinggal kita menyambut tanganNya. Jangan menolak upaya pengenalan kepada Tuhan yang sudah dibuka jalan oleh Dia sendiri. Sediakan hati kita untuk Tuhan menuliskan segala isi hatiNya. Proses penulisan ini mungkin harus melalui proses yang menyakitkan. Hati kita harus tertoreh agar bisa terisi. Tetapi kalau kita mau dan bersedia… kita akan mengenal Dia lebih dalam.


…Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku.

Betapa antusiasnya Tuhan! Bahwa suatu saat nanti, semua manusia akan mengenal Dia. Betapa Dia rindu semua kita mengenal Dia! Supaya apa? Supaya kita semua tidak binasa! Supaya seluruh manusia dapat diselamatkan.


Allah itu… pemaaf, tulus murni!

…Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.

Berapa kali, ketika ada yang bersalah kepada kita, kita mengatakan ini: “Aku sih sudah memaafkannya, sudah nggak ada apa-apa dengan dia. Tapi kalau melupakan, tunggu dulu!” itu memaafkan cara dunia, bukan cara Tuhan!


Kepada bangsa Israel yang tegar tengkuk, yang sering membangkang dan menyakiti hatiNyapun Tuhan mengampuni dan tidak mengingat lagi. Betapa Allah itu pemaaf. Dan dengan tulus murni Ia tidak akan lagi mengingat dosa kita.


Mengenal Allah… harus kita lakukan dalam jenis hubungan yang bilateral.

One on one! Antara saya dengan Tuhan. Antara anda dengan Tuhan. Jangan pengenalan kita dengan Tuhan hanya berdasarkan ‘kata orang’ saja! Sebab kalau hanya berdasarkan ‘kata orang’, kita tidak akan memiliki pengalaman-pengalaman pribadi dengan Dia… yang manis, yang menguatkan, yang menghiburkan, yang memberi kemenangan…yang menyelamatkan dan menghindarkan kita dari hukuman binasa!


Selamat berkenalan kembali dengan Tuhan… makin dalam! Tuhan memberkati!

(Kikz)



Thursday, September 25, 2008

Takut akan Tuhan dan Penggenapan Rencana Ilahi.

Oleh: Ibu Pdt. Annie Koyongian Pandelaki

Mazmur 25 : 12 & 14 12. Siapakan orang yang takut akan Tuhan? Kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. 14. Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka.

Allah mempunyai rencana yang unik dan spesifik bagi setiap ciptaanNya! Alkitab mencatat sejarah agar kita dapat melihat ke belakang dan belajar dari perjalanan hidup tokoh-tokoh yang telah mencapai tujuan akhir hidupnya dan mewujudkan 'rencana' Allah bagi hidup mereka.

Daud, dari kelahirannya Allah sudah merencanakan ending hidupnya, bahwa ia akan menjadi raja dan memimpin suatu bangsa yang besar. Samuel, sudah direncanakan Allah menjadi seorang nabi besar. Musa, dipilih dan direncanakan Allah untuk membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan dan membawa mereka ke tanah perjanjian. Maria, hidupnya dihadirkan oleh Allah untuk suatu tujuan besar yaitu menjadi ibu Yesus... dan seterusnya, dan seterusnya!

Itu hanya sedikit dari sekian banyak contoh bagaimana Tuhan sudah merencanakan hidup seseorang untuk tujuan yang sangat unik dan spesifik. Bagi tokoh-tokoh Alkitab tersebut (karena mereka sudah mati) kita bisa mengetahui perjalanan hidup mereka dari awal penetapan rencana Allah bagi mereka, ke pertengahan hidup mereka, sampai pada fase penggenapan bagaimana Tuhan menuntun jalan mereka sampai 'rencana' IlahiNya terwujud.

Bagi kita...
... yang masih hidup dan belum mencapai akhir perjalanan hidup kita, bagaimana kita bisa mengetahui apa 'rencana khusus' yang Allah miliki bagi hidup kita? Bagaimana kita bisa tahu jalan mana yang harus kita pilih yang menuju pada perwujudan rencana Allah dalam hidup kita?

Takut akan Tuhan... adalah rahasianya!

Kalau kita takut akan Tuhan, Dia sendiri yang akan menunjukkan kepada kita 'apa rencana uniknya bagi kita', 'jalan mana yang harus kita ambil untuk menuju ke sana' dan 'ke arah mana kita harus mulai melangkah'. Kalau kita takut akan Tuhan... bahkan Ia akan memberitahuakan rahasia-rahasia 'strategi' yang Ia susun untuk membuat rencananya berhasil terwujud dalam hidup kita. Seperti seorang sahabat karib... Ia tidak akan tahan untuk 'bermain rahasia' dengan kita! Tapi tentu... syaratnya MUTLAK, takut akan Tuhan!

Bagaimana cara Tuhan 'share' rahasianya dengan kita?

2 Timotius 3 : 16
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, menunjukkan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

... yaitu melalui Firman Allah!
Melalui FirmanNya Ia mengajar kita mengenali pikiran-pikiran dan rahasia rencanaNya bagi hidup kita. Melalui Firman Ia memperingatkan kita " Eh, jangan ke situ, itu salah, itu jalan akan membawamu ke kehancuran.!". Melalui FirmanNya Ia mendidik kita tentang kebenaran dan menjadi orang benar.

Kebenaran membawa kita pada jalan yang benar!
I Yohanes 2 : 27
Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari padaNya. Karena itu kamu tidak perlu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapanNya mengajar kamu tentang segala sesuatu-dan pengajaranNya itu benar- tidak dusta- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
... melalui pengurapan Roh Kudus!

Tetap tinggal di dalam Dia. tetap miliki Roh Kudus dalam hidup kita. tetap mengasah kepekaan hati dan jiwa terhadap suara Roh Kudus yang di dalam kita... maka pengajaran itu tetap akan diberikan kepada kita. Rahasia Allah tentang rencanaNya yang unik dan khusus bagi hidup kita tetap akan diberitahukan kepada kita.

I Samuel 12 : 14
asal saja kamu takut akan Tuhan, beribadah kepadaNya, mendengarkan FirmanNya dan tidak menentang titah Tuhan, baik kamu maupun raja yang akan memerintah kamu itu, mengikuti Tuhan AllahMu!

Keberhasilan perwujudan rencana Tuhan dalam hidup kita tergantung pada kerja sama antara kita dan Tuhan!

Meskipun Allah membeberkan dan memberitahukan segala rahasia dan strategi perencanaanNya kepada kita... tapi kalau kita mengabaikanNya, rencana itu tak akan pernah terwujud. Di pihak Allah, Ia bekerja keras untuk menggiring kita masuk dalam jalan yang Ia pilih untuk membawa kita ke rencanaNya... tetapi kita menolakNya, rencana akan gagal!. Tuhan melakukan 'bagian tugasnya' yaitu memilih dan menetapkan rencana yang paling pas buat kita, menyusun strategi, dan akhirnya memilih dan menentukan jalan yang benar bagi kita... tapi kita sengaja keluar dari perencanaan tersebut. Bagaimana mungkin rencana Ilahi itu terjadi pada kita?

Selain pada tangan Tuhan, pilihan juga ada di tangan kita. Kalau kita mau 'rencana' khusus Allah bagi hidup kita terwujud... lakukan syarat MUTLAKnya, yaitu:

Amsal 3 : 5-7
5. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri, 6. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanMu. 7. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan.

"Selamat bekerjasama dengnaNya untuk mewujudkan 'rencana' Ilahi dalam hidup saudara. Tuhan memberkati" - (Kikz.)


Tuesday, September 23, 2008

Orang Benar vs Orang Fasik!

Oleh: Bpk. Pdt. Johnny Sumarau (GPDI Makasar)

Mazmur 37 : 25, 26

Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah aku melihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.

Orang Benar... adalah orang yang hidupnya berada di jalan Tuhan dan yang selalu melakukan persis seperti yang diperintahkan Allah kepadanya!

Orang Fasik... adalah orang yang hidupnya TIDAK berada di jalan Tuhan dan yang TIDAK selalu melakukan persis seperti yang diperintahkan Allah kepadanya.

Dua contoh 'orang benar' di Alkitab, dan apa yang Tuhan lakukan bagi mereka...

1. NUH

Kejadian 6 : 5-8
Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. 7. Berfirmanlah Tuhan: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia, maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." 8. Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.

Kejadian 6 : 22
Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.

2. LOT

II Petrus 2 : 6-10
dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, 7. tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja-8. sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar tersiksa- 9. maka nyata, bahwa Tuhan telah menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, 10. terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah.

Nuh dan Lot...

Dua orang benar yang hidup ditengah-tengah orang fasik. Jiwa mereka yang benar sampai tersiksa karena setiap hari melihat dan mendengar dan menyaksikan perbuatan-perbuatan tidak benar yang dilakukan orang-orang di sekitarnya.

Tetapi karena mereka meilih untuk TETAP MENJADI ORANG BENAR, maka Tuhan menyelamatkan dan memberi mereka kasih karunia. Tuhan meng-istimewakan mereka, mengangkat dan memisahkan mereka dari semua orang di sekitar mereka yang dihukum dan dibinasakan!

Kitapun... sedang hidup di jaman yang penuh kejahatan. Tetapi kalau justru dalam keseharian kita memilih untuk TETAP menjadi orang benar, tidak terkontaminasi oleh perbuatan-perbuatan yang tidak benar... Tuhan memperhitungkan dan meng-istimewakan kita.

Apa ISTIMEWANYA menjadi orang benar?

... kembali ke ayat bacaan utama kita:

Mazmur 37 : 25, 26
Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah aku melihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.


1. ...tetapi tidak pernah aku melihat orang benar ditinggalkan!

Apakah hidup orang benar selalu dalam kelimpahan? selalu mulus bebas hambatan? TIDAK! Tetapi dalam lembah kekelaman sekalipun... dalam masa pencobaan sekalipun... TUHAN selalu menyertai dan memberi kekuatan!

Kadang Tuhan ijinkan orang benar mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, itu semata-mata untuk menepati janjinya bahwa kalau kita tetap memilih menjadi orang benar, DIA tidak akan pernah meninggalkan kita!

2. ...tetapi tidak pernah aku melihat orang benar... anak cucunya meminta-minta roti!

Orang benar tidak pernah kekurangan!
Bukan saja hidupnya sendiri yang terpelihara dan tak pernah kelaparan... tapi sampai keturunannyapun menerima berkat yang sama. Berada dalam pemeliharaan Tuhan!

3. ... tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman!

Bukan sekedar cukup... tetapi LEBIH! Sampai ia mampu berbelas kasih dan memberi pinjaman kepada orang lain. Orang yang hidupnya sendiri kekurangan tidak akan mampu memberi pinjaman kepada orang lain. Tetapi orang benar, hidupnya diberkati... hingga ia mampu juga memberkati banyak orang lain!

4. ...dan anak cucunya menjadi berkat!

Anak cucu orang benar... keturunan orang benar... generasi penerus orang benar... bukan saja hidupnya diberkati, tetapi akan mampu menjadi berkat dan memberkati banyak orang lain!

Ini yang paling luar biasa!

Kalau kita memilih menjadi orang benar sekarang... kita sedang MENG-INFESTASI berkat, pemeliharaan, penyelamatan, dan kasih karuni Allah bagi generasi penerus kita.
Ini salah satu proses 'penyempurnaan antar generasi' yang Tuhan kehendaki!

Sebaliknya... kalau kita memilih menjadi orang fasik sekarang (dan mencintai hidup yang tidakbenar dan yang tidak berada di jalan Tuhan dan TIDAK melakukan persis seperti yang Allah perintahkan kepada kita)...

... kita sedang MEMUTUS mata rantai berkat, pemeliharaan, penyelamatan dan kasih karunia Allah bagi anak cucu, keturunan... generasi penerus kita!

"Selamat berjuang menjadi orang benar, Tuhan memberkati!"

(Kikz)


Kalau Om Angky Sedang Tersenyum!



... adalah Om Angky.
Junior Pastor gereja kami!
... yang notabene beliau ini masih single and looking lhoo!
Yang berminat segera mendaftar ke kami, ya... for limited time only, lho! Makanya SEGERA!

Kriteria persyaratan bagi pendaftar:

1. HARUS ANAK TUHAN!
2. WAJIB PELAYAN TUHAN!
3. Diutamakan kalau bisa main musik dan menyanyi!
4. Lebih disuka kalau cantik!
5. Lebih dipertimbangkan kalau: Baik hati, ramah, tidak sombong, suka menolong, dan gemar menabung! (HAH???? pramuka, dong???)


*) Catatan untuk Om Angky:
"Jambu merah di dinding, jangan marah just kidding!"
he...he...he...

(Kikz)