Tuesday, February 24, 2009

Surat Untuk Sahabat

Dear Nilam,

Aku sedih membaca cerita tentang kepahitan hidup yang saat ini sedang dihadapi Suri, adikmu. Sampaikan salamku padanya, my heavy heart goes to her dan anak semata mayangnya.

Soal pertanyaan retorikmu tentang mengapa Tuhan memberi percobaan yang sangat berat dan tak kunjung habis untuk Suri yang sangat baik. Mengapa Tuhan berlaku tak adil dan menghukum orang yang baik (kenapa bukan suaminya yang jahat saja yang dihukum?)

Here is how I see it...

Aku menanyakan (bertubi-tubi!) pertanyaan-pertanyaan serupa ketika hidupku kacau seputar awal pernikahan kami dan proses kelahiran Tiara, anak kami. Kau tahu khan betapa semua rasanya hancur berantakan! Hidupku waktu itu rasanya rusak, buruk rupa dan tak terselamatkan! Aku merasa Tuhan begitu jahat dan sadis... menghukumku keterlaluan berat untuk kesalahan masa laluku hanya untuk menunjukkan bahwa aku salah dan Dia benar! (ingat khan kesalahan masa lalu yang kumaksud?... murtad, pilih pacaran daripada ke gereja, hanyut di pergaulan dan cara hidup dunia termasuk sex di luar nikah dan menantang Tuhan dengan memilih pasangan yang jelas-jelas gak seiman!)

Terus menerus aku bilang padaNya... "Okay, okay aku mengerti sekarang, aku salah, Engkau benar, I am sorry!" Kemudian aku menuntut untuk Dia mengakhiri penderitaanku secara instant. Tapi Dia tak mendengarku!Masalah tetap datang, makin berat dan tambah buruk. Aku gak bisa mengerti waktu itu... sudah tobat kok tetep dihukum? Bahkan aku marah... (aku gak benar-benar tahu apakah aku lebih marah padaNya karna menghukumku terlalu berat, atau marah pada diri sendiri karna aku sendiri yang memulai dan menyebabkan semua kekacauan itu terjadi di hidupku sehingga perlu dihukum!). Yang pasti aku marah aja!

Tapi sekarang aku mengerti mengapa Dia mengijinkan semua kekacauan itu terjadi dan 'menggoncang' hidupku untuk sekian waktu. Bahkan aku mengerti sekarang, bahwa percobaan dan segala yang buruk yg terjadi di hidup kita itu bukan Tuhan yang merencanakan dan membuatnya! Dia hanya mengijinkannya terjadi... tapi Dia tak pernah jauh. Dia berada dekat kita dan siap siaga untuk menangkap kalau-kalau kita jatuh. Dia siap grak untuk mengambil alih beban kalau-kalau penderitaan itu menjadi terlalu berat sehingga kita sama sekali tak sanggup lagi menanggungnya! Dia hanya mengijinkan itu terjadi untuk satu tujuan dan alasan yang BAIK untuk kebaikan kita juga! Cuma kita belum bisa melihat dan mengertinya saja saat cobaan itu sedang terjadi!). Some day... bila semua sudah berlalu, angin ribut lewat, dan cuaca tenang... baru kita akan melihat dan mengerti His reason why.

Sekarang aku mulai bisa melihat dan memahami segala sesuatu dari perspektifNya, dari sudut pandangNya...

Dia begitu mencintaiku, Dia ingin membuatku lebih sempurna. Dia merasa perlu 'memastikan' bahwa aku tidak akan pernah mengambil tikungan jalan yang salah lagi. Dia merasa perlu 'bersikap tegas' padaku supaya aku tidak membuat pilihan dan keputusan yang bodoh dan menyia-nyaiakan hidupku lagi. Dia harus yakin bahwa aku akan bersamaNya dalam hidup yang lebih berarti dalam kekekalan nanti. Karena aku sangat berharga bagiNya maka Dia tak mau kalah memperebutkanku dari tarikan tangan dunia! (Tarikan dalam perebutan ini pasti rasanya sakit!...dan sama sekali tak nyaman!)

Dia tidak sedang menghukumku, Dia hanya belum selesai mengerjakanku, menyelesaikan 'sentuhan terakhirnya' untuk memperindahku dari dalam! Dia cuma sedang mengajariku beberapa materi pelajaran tambahan. Menjadikanku lebih kuat agar aku bisa menghandle yang lebih berat. Menjadikanku lebih tenang dan bijaksana agar aku bisa melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang yang berbeda sehingga ke'aku'anku makin berkurang. Menjadikanku lebih sabar agar aku makin tahan berjalan berlama-lama menempuh jalan yang makin panjang bersamaNya. Membuatku makin kenal Dia sehingga aku lebih nyaman mempercayakan dan menaruh hidupku hanya di tanganNya!. Membuatku memahami segala jalanNya... supaya di ujung akhir badai itu aku mampu melihat dan mengakui kebesaranNya bahwa Dia sanggup membalikkan hidupku yang rusak, berantakan dan sia-sia menjadi sesuatu yang indah dan 'bermanfaat, bertujuan' bagiNya!

Coba bayangkan...
Kalau kelahiran Tiara normal-normal saja... semua gampang dan mudah. Kalau dia sehat2 saja seperti bayi lainnya yg gak usah harus terancam kematian tiap hari dalam 4 tahun pertama hidupnya. (Kamu ingat khan ceritanya kalau Tiara dulu menderita Hypoglycemia kronik selama 4 tahun pertama hidupnya? Kami harus menusuki jari jemari kecilnya untuk test darah tiap jam, kemudian 3 jam sekali kemudian dua kali sehari!) Kalau pernikahanku gak terancam bubar. Kalau kami gak terjepit terhimpit... bahkan nyaris tercekik tagihan-tagihan biaya rumah sakit yang ratusan ribu dollar! Kalau semua mulus dan bahagia...

Where would I be now???

Pasti hilang, gak kenal Tuhan. Pasti sombong gak pernah punya waktu melirik ke bawah. Pasti angkuh terlena segala yang nyaman dan mudah sehingga gak merasa perlu mencari pertolonganNya. Yang jelas... kalau segala sesuatu tidak terjadi seperti yang sudah terjadi... pasti hatiku, jiwaku tidak berada pada posisi seperti saat ini! Dan sekarang aku sudah berdamai dengan Tuhan, karena ternyata damai itu jauh lebih enak dan ringan dari pada kepahitan yang melelahkan jiwa. Aku dan Dia dalam pola hubungan yang sangat sehat saat ini! Otakku tak lagi penuh curiga dan mempertanyakan keputusanNya. Aku mengerti sekarang bahwa hidupku mempunyai suatu tujuan Ilahi yang jauh lebih besar dari diriku sendiri, jauh lebih berarti dari sekedar hidup yang menurut definisi duniawi! Dengan pemikiran dan kesadaran itu... hidupku menjadi lebih berguna bagi orang lain... dan impact-nya... terasa jauh lebih indah dan ringan di pundakku!

Untukku, dengan segala atribut keangkuhanku, pelajarannya seperti itu. Untuk Suri, adikmu mungkin materi dan tujuan pelajarannya berbeda. Untukmu (kalau Tuhan ijinkan kau mendengar dan berada ditengah kekacauan ini dan merasa pedih melihat penderitaan Suri dan mulai bertanya-tanya tentang keadilan Tuhan... berarti Dia juga sedang 'mengajarmu' something!).

Intinya adalah...
Di balik segala sesuatu yang terjadi di hidup kita... pasti ada suatu alasan dan tujuan yang jauh lebih besar dan baik!

Aku sungguh percaya bahwa... segala sesuatu, pada akhirnya, akan jatuh pada tempatnya masing-masing, tempat yang benar dan semestinya... sehingga kita bisa melihat alasan dan keindahannya!

Jadi Nilam, sahabatku...
Sementara ini, sambil menunggu dengan sabar segala sesuatu jatuh pada tempat semestinya itu... satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah menjaga percaya, bertahan kuat dan penuh dukungan untuk Suri dan anaknya, dan selalu membawa mereka kepada Tuhan dan menaruh dengan yakin yang lain-lainnya di tangan Tuhan untuk Dia yang urus! ... kemudian kita akan kagum pada akhirnya betapa Tuhan itu besar, benar dan ADIL!


Sabar ya, Nilam...
Tuhan mencintai Suri, lebih dari yang mampu kau cerna dan mengerti saat ini!
I love you, and will always keep you and Suri in my prayers.
You are indeed a very special person!

God bless...
Kikz and fam.

2 comments:

Anonymous said...

Trimakasih buat penulis surat ini. Saya tidak sengaja masuk blog ini tapi menerima wejangan yang sangat bagus dan bermanfaat. Memang sulit ya untuk dipahami apalagi untuk diterapkan. Tapi kalau penulis sudah mengalaminya... berarti bisa ya? Semoga di kemudian hari saya bisa lebih berpasrah sama Tuhan dan tidak mengutuki nasib. Bolehkah saya berlangganan karangannya, Pak/Bu?

GPDI North Philadelphia said...

Salam kenal!
Terima kasih anda membaca tulisan kami dan untuk komentarnya yang menyenangkan. Kami senang sekali bisa membagi berkat rohani buat anda. Sayang anda anonim, ya.. kalau kami tahu e-mailnya, kami akan dengan senang hati mengirim note kepada anda setiap ada tulisan baru di blog ini. (gak perlu berlangganan kok!) Blog ini terbuka dan memang tujuannya dibuka umum untuk memberkati sebanyak mungkin orang, termasuk anda. Silahkan kunjungi kapan saja, di mana saja... baca2 juga tulisan di label lainnya, seperti di Catatan Kotbah. Semoga anda senang dan diberkati...
Tuhan memberkati!

Tim admin