Monday, May 18, 2009

"Tawaran tengah malam."

“Mau kenang2an apa dariku?” tawaranmu tengah malam itu.
Aku tertawa. Cuma tertawa, karna tak siap merinci ribuan yang telah aku punya darimu.

Setelah diberi cukup bilangan waktu, otakku mulai meregister satu per satu.
Mari kurinci yang ribuan itu. Yang mungkin kau tebar tanpa sadar telah menjadi bagian dari siapa aku.

Entah sudah berapa puluh waktu, kau taruh ini di hariku
‘perjalananku haruslah naik dan tak pernah turun!’.
Original dan baru!
Cuma milikmu, ditaruh khusus padamu… dan kau ulur bagiku!
(pasti kau sangkal bahwa kau yg menaruhnya, pasti kau bilang kau cuma buruh tani yg menanam bibit yg sudah ada. Apapun sebutannya, aku dapatkan darimu!)

Ingat ketika aku jengah,? (fragmen kecil dalam perjalanan kita ke Virginia)
membiarkan orang bermain2 dgn egoku dan mencampak isi otak di tanah?
Aku marah karena tak lagi bisa marah!
Aku kehilangan expertiseku dlm berkonfrontasi!
merasa munafik dan tak lagi bertaring…
aku tak menyukaiku karna merasa aneh dan bukan aku!
Lalu kau masuk, tenang dan lembut… menamai keresahanku itu
‘belas kasih yang mulai berkecambah’
yang merubahku bukan lagi dulu tapi baru!
Kau bilang kau melihat jalanku sedang naik setapak.
begitu harusnya kita, memandang orang dari kacamata kasih yg sebenarnya.
Tidak lagi menghakimi tetapi iba dan mengasihani.
Tidak sibuk menyusun strategi perlawanan, tetapi mencari cara untuk memberkati!
Aku suka ini karena menjelaskan fenomena asing yang tak kukenali.

Satu ketika kau sangat percaya
‘kau, aku dan mereka…kita ditanam berdekatan supaya kuat’ .
Katamu seperti serumpun tanaman perdu,
berbagi matahari, oksigen, air dan tanah gembur
tumbuh kuat, sehat dan subur… memungkinkan proses berkembang dan menghasilkan buah.

Dan kalau buah kita mulai ranum
semerbak mengundang dengan aromanya yang harum
kau bilang biarkan saja… relakan!
tangan2 kasar memetik, meremas atau bahkan merampas.
Pasti sakit, waktu kita terpupus dan menetes getah
Tersenyumlah, katamu.
Karna ternyata kita sedang berhasil
Buah kita yang manis, segar dan banyak berair
Sedang memuaskan dahaga dan mengenyangkan musafir
Dan kita, katamu lagi…tak akan busuk tergantung di pohon.
‘Sebab buah kita haruslah bisa dinikmati orang… bukan kita sendiri!’

Lalu kau juga jeli melihat‘kita diadopsi menjadi keluarga’
diangkat dari yang sia2, ke tempat tinggi berarti murni
dari yang papa, menjadi pewaris pemilik segala
karna sekarang kita sudah sah menjadi anggota keluarga
bukan cuma yang disini antara kau, aku, dan mereka… tetapi juga Dia!
kau bilang “betapa berharga kita di mataNya”

Padaku kau perkenalkan ‘teori anak gadis Yefta’
Menurutmu, harusnya seperti itu sikap hati kita
Ketika seharusnya sangat istimewa dan satu-satunya,
Tapi yang terjadi malah…
dalam kemurnian perawan suci yang belum sempat kenal lelaki
pasrah dijadikan tumbal korban bakaran
bukan karna tak berdaya dan tak punya pilihan
tapi dengan sadar menawarkan diri dan mengambil keputusan
ikut terlibat menjadi bagian penggenapan nazar yang terlanjur terujar
…harga sebuah kemenangan gilang gemilang! (yang padahal sama sekali bukan miliknya.)
Ekstrim… pikiranmu yang ini!
Belum bisa kujanjikan kalau aku bisa mengerti…
…nanti satu kali, ketika pada kesempurnaan aku telah dekat sekali… semoga bisa!

Aku suka sekali yang ini…‘jangan pernah kehilangan mimpi!’
Hitung dan ingat semua pengalaman bersama.
Bukankah yang lebih indah dari pemberian adalah si pemberi?
Dan yang lebih aman dari penyertaan adalah yang menyertai?
Yang lebih menggairahkan dari perjalanan… adalah yang berjalan bersama kita!
Katamu teruslah bermimpi… berjalan bersama dan melakukan hal2 indah yang banyak sekali!
Sebab kau, aku dan Dia… kita adalah rekan sekerja
Untuk mewujudkan mimpi2 indah itu… dalam dunia nyata!

Ada satu lagi, pemberianmu yang kucintai…‘membangun istana bagi orang lain!’
Ini aku, sungguh2 warnaku! Kurasa paling pas dan cocok untukku
Karna memang ini pakaianku, cara berdandan bersolek gayaku!
Aku sukaaa sekali… kau memberi merek mahal pada bajuku hari-hari!

Lalu ada lagi satu…
Yang kau tulis dan kujawab merdu
Sebaris kata sederhana, bergulir menjadi rangkaian pantun berbalas sambut!
‘batasan itu ada… untuk membuat kita tetap berharga!
… dan terjaga BERMAKNA!
(agar tak jadi serupa sewarna. barang kodian, semua sama. murah meriah tak ada beda! sebab lalu apa indahnya? tak ada jua istimewanya! selain tergeser, terdorong, keluar... terafkir saja!!! Iiihh... tak maulah kita!)
Maka itu kunikmati saja...
semua batasan yg dipasang dan sudah selalu ada
agar aku... tetap berharga!
... dan terjaga indah istimewa BERMAKNA!

Belum lama yang lalu kau berikan aku
‘orang2 luar biasa yang khusus ditaruh di sekitarnya akan dipakai untuk merubahnya, tinggal percaya saja!’
Nah, ini dia yang belum sepenuhnya kumengerti…
(karna pada kasusku, tak kulihat ada mereka disekitarnya!)
Cuma ada aku, jadi kenapa bukan aku saja?
Kalau mauku… mustinya aku yang dipakaiNya.
Karna cintaku idealnya kumaknai dgn berbuat sesuatu… bukan cuma percaya dan menunggu!
Supaya hasilnya kulihat dia nikmati
Supaya aku merasa berguna dan berfungsi.
… belum sekarang, tapi suatu kali nanti. Semoga otak bebalku bisa mengerti!

Tempo hari, kau melucu…‘marah itu memberi kebaikan minimal sesuatu’
It’s true! It’s true! dengan girang sambutku.
Pada marahku, adalah frustrasi
terhadap penolakan (atau ketidak pedulian, atau ketidak mengertian) orang2 yg kucintai
atas pemberianku bagi mereka, segala yang baik dan menguntungkan.
Simplicity menggelitik ini, di kepalaku ia sekarang menghuni,
aku tahu secara sporadic nanti
akan memunculkan senyum ke permukaan dari hati.
Inipun milikmu asli! Lahir dari pengamatanmu, sehari ke sehari!

Masih ada sekian ribu lebih sedikit lagi…
Rema, teori, ideologi, buah pikiran, permenungan, penyadaran… yang kau rakit.
(semacam pencerahan, atau entah apalah kau mau menamai)
Intinya… semua bagiku menjadi hikmat!
Tetesan marifat yang menunggui dan mengisi jasad!

Maka jawabku,
Untuk tawaran tengah malam itu,
Tak usah repot… padaku tak perlu kau beri
Kenang2an benda kasat mata yang artinya jadi pucat pasi (jika ditaruh sisi bersisi)
Dengan yang sekian ribu lebih sedikit darimu yang telah lama dalamku terpatri.
Yang bukan kasat mata, tapi jauh lebih berharga.
tak akan rusak, tak mungkin tercuri, tak hilang, tak pergi.
tinggal di benak, terpeluk erat di sanubari
mengikuti setiap langkahku seperti bayang2.
di pagi hari menempel pikiranku seperti embun di kelopak bakung dan putik bunga rumput.
di rembang tengah hari lekat erat pada langkah kakiku seperti bayang2 pada obyeknya.
di ambang senja terlukis sempurna
seperti semburat emas jingga
di langit yg beranjak pergi merangkum pekat malam…
…menjelang pagi!

Itu semua,
Arti kenang2mu bagiku!

April 23, 2009
Buat Angky dengan segenap kasih; ini salam perpisahanku untuk melepas pergimu!)
Kikz.



No comments: