Sunday, May 24, 2009

Dia Selalu Di Sampingmu!

Seorang ayah yang memiliki putra berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.

Selang beberapa waktu kemudian, dikota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan untuk dirinya dan anaknya.

Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada disampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak inipun tidak betah duduk diam terlalu lama dan tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.

Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada disampingya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu yang sederhana, Twinkle-twinkle Little Star. Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil.

Sang pianis pun terkejut dan bergegas naik keatas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata “Teruslah bermain”. Sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk disamping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersbut.

Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi GR (Gede Rasa), pikirnya, ”Waaah….dahsyat juga nich….., baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!” Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk disebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.

Apa implikasinya dalam hidup kita? Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa, bahwa semua itu terjadi karena Allah ada disamping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Allah disamping kita, semua yang kita lakukan sia-sia. Tapi bila Allah ada disamping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang disekitar kita.

“Cukuplah kasih karunia-Ku bagiMu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2 Kor 12 : 9)

kikz.

No comments: